Apa yang Membuat Penerjemahan menjadi Sulit?
by VideoTranslator Support| Dec 05, 2021
Apa yang Membuat Penerjemahan menjadi Sulit?

Sejarah mencatat bahasa tertua berkembang antara 50.000 dan 150.000 tahun lalu. Perkembangan tersebut sejalan dengan sejarah kemunculan manusia modern. Bahasa pun terus berkembang dan menjadi salah satu unsur kekayaan budaya dunia. Saat ini, setidaknya terdapat lebih dari 7.000 bahasa yang dituturkan.  

Meski menambah kekayaan budaya, banyaknya ragam bahasa membawa tantangan tersendiri dalam aktivitas penerjemahan. Pada artikel ini, kita akan membedah setidaknya 5 alasan yang membuat penerjemahan begitu sulit. Penasaran? Yuk cari tahu!

Apa yang Membuat Penerjemahan Begitu Sulit?

Kebanyakan ahli bahasa menghadapi tantangan ini dalam melakukan penerjemahan.

1 - Idiom

Idiom merupakan gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan makan kata penyusunnya. Dengan demikian, ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan kata demi kata, sebab akan membawa arti berbeda. 

Untuk menerjemahkan idiom secara akurat, seorang penerjemah harus memahami arti yang tepat dari setiap frasa. Hal ini tentunya menantang, sebab tidak semua kamus menyediakan definisi dari suatu ungkapan. 

Sebagai contoh, idiom 'ringan tangan' dalam Bahasa Indonesia.

Ringan: light

Tangan: hand

Dalam bahasa Inggris, light-hand (ed) berbicara soal orang yang memiliki sentuhan lembut atau tidak membawa banyak barang. Berbeda dalam Bahasa Indonesia, idiom ringan tangan merujuk pada seseorang yang suka membantu atau bahkan seseorang yang suka memukul. 

it-is-very-challenging-to-translate-idioms.jpg

Jika kamu menambah akhiran "-nya" dan mengubah idiom menjadi kata 'ringan tangannya', maka arti dari frasa tersebut juga berubah. Adapun "ringan tangannya" berbicara soal "bobot" tangan seseorang yang cenderung ringan. 

Bagi seorang penerjemah, memahami arti suatu idiom tidaklah cukup. Mereka juga harus menemukan alternatif atau padanan idiom yang sesuai dengan bahasa hasil penerjemahannya. 

2 - Humor

Humor biasanya mengandung pelesetan dari kata-kata tertentu. Menurut Low (2011), pelesetan atau permainan kata-kata membawa tantangan besar bagi penerjemah karena menarik unsur dari bahasa-bahasa tertentu. 

Agar lebih mudah dipahami, perhatikan contoh humor yang ditulis Yuliasri dan Allen (2019) berikut!

Pada buku Harry Potter and the Sorcerer's Stone, JK Rowling menulis kalimat berikut:

"Welcome," kata Hagrid, "to Diagon Alley."

Dalam Bahasa Indonesia, frasa ini diterjemahkan menjadi: "Selamat datang", kata Hagrid, "di Diagon Alley."

 

diagon-alley.jpg

Menurut Yuliasri dan Allen (2019):

Dalam konteks ini, humor benar-benar bergantung pada permainan kata. Adapun pelafalan "Diagon Alley" dalam Bahasa Inggris akan terdengar seperti "Diagonally" (secara diagonal). Penerjemah akhirnya menggunakan teknik borrowing (peminjaman) dengan cara mempertahankan istilah Bahasa Inggris-nya. Namun, humor dalam frasa tersebut tidak tertangkap dalam Bahasa Indonesia. 

Masih seputar Harry Potter, Yuliasri dan Allen (2019) juga menulis kasus lainnya. 

harry-potter-sticker-pack.jpg

Bahasa Inggris (asli): "her sister and her good-for-nothing husband were as unDursleyish as it was possible to be."

Bahasa Indonesia (terjemahan): "adiknya dan suaminya yang tidak berguna itu tidak layak sama sekali menjadi kerabat keluarga Dursley."

Bahasa Inggris (terjemahan kembali): "her sister and her useless husband were not at all worthy of inclusion in the Dursley family"

Dalam bahasa Inggris, meskipun maksudnya serupa, istilah "good-for-nothing" memiliki nada yang lebih mencemooh daripada sekadar "tidak berguna". Tingkat cemoohan ini belum dipertahankan di Indonesia.

Penerjemah juga memperluas "unDursleyish" sebagai "tidak layak menjadi anggota keluarga".

Meskipun terjemahannya benar, konteksnya dapat ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca Indonesia.

3 - Budaya

Kita mengetahui bahwa di negara-negara Barat, kita dapat memanggil orang yang lebih tua hanya dengan sebutan nama. Tapi beberapa negara juga menerapkan budaya yang sama dengan Indonesia, di mana hal tersebut bisa dianggap sebagai tindakan tidak sopan. 

Contoh mudah bisa kita temukan saat menonton sebuah K-Drama, seperti dalam penggalan percakapan berikut:

Hye-young: 언니, 밥 먹었어요? (Mi-young, have you eaten?)

Mi-young: 네, 밥 먹었어요. (Yes, I have eaten.)

Di Korea, seorang wanita akan memanggil pria yang lebih tua sebagai 오빠 (oppa) dan wanita yang lebih tua sebagai 언니 (eonni).

korean-family-members.jpg

Pada contoh di atas, kata 언니 (eonni) ditukar dengan nama orang lain, yaitu Mi-young. Ini karena tidak ada padanan kata untuk oppa dan eonni dalam bahasa Inggris.

Mirip dengan Indonesia, budaya Korea menganggap pemanggilan nama terhadap orang yang lebih tua sangat tidak sopan. Kondisi serupa juga mungkin berlaku di negara-negara lainnya. Maka, penerjemahan bisa menjadi sangat sulit bagi orang yang tidak mengetahui banyak tentang informasi budaya.  

4 - Kata-kata yang tidak memiliki padanan terjemahan

Menemukan kata alternatif saat menjelaskan suatu barang atau situasi menjadi tantangan tersendiri bagi seorang penerjemah. 

Terkadang, dua hal berbeda hanya memiliki satu terjemahan dalam bahasa lain.  Sebagai contoh, istilah rice dalam bahasa Inggris dapat berarti "beras" maupun "nasi". Padahal, kita mengetahui bahwa beras dan nasi adalah dua hal yang berbeda.  

rice.jpg

Kondisi seperti inilah yang kemudian menyulitkan penerjemahan bahasa. Bayangkan saja, bagaimana kamu bisa menerjemahkan kalimat berikut?

"Saya sedang mencuci beras untuk memasak nasi"

Apakah dalam Bahasa Inggris, kamu akan menuliskan:

"I am washing the rice to cook rice" ?

Sekilas, kalimat ini tentu akan membingungkan. Kira-kira, kata apa lagi yang mengalami permasalahan serupa saat diterjemahkan?

5 - Tata Bahasa

Setiap bahasa memiliki struktur tata bahasa yang berbeda. Agak berbeda dengan yang lain, Bahasa Indonesia tidak menerapkan gender dalam tata bahasa, kecuali untuk kata-kata tertentu. 

Misalnya, dalam Bahasa Inggris, kita menyebut seseorang sebagai She atau He. Dalam Bahasa Indonesia, kedua sebutan ini dapat diterjemahkan sebagai "dia", sehingga kita tidak akan mengetahui gender orang yang sedang dibicarakan apabila kita tidak mengetahui konteks pembicaraanya.  

Simak contoh berikut:

indonesian-does-not-make-use-of-grammatical-gender.jpg

Bahasa Inggris (asli): "She is cooking."

Bahasa Indonesia (terjemahan): "Dia sedang memasak."

Bahasa Inggris (terjemahan kembali): "The person is cooking."

Ketika diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris, kata 'dia' kini telah menjadi 'orang' karena kata 'dia' dalam Bahasa Indonesia tidak memberikan konteks apakah subjeknya laki-laki atau perempuan.

Kesimpulan

Sekarang kamu tahu bahwa setidaknya ada 5 alasan yang membuat penerjemahan menjadi sangat sulit. 

Apabila pekerjaanmu berkaitan dengan penerjemahan, kamu pasti mengetahui bagaimana pusingnya menghadapi tantangan-tantangan di atas. 

Tapi, gak perlu risau! Sekarang, VideoTranslatorAI punya solusinya!

VideoTranslatorAI adalah aplikasi pintar yang dapat membuat transkripsi, menerjemahkan, membuat caption, dan menyediakan sulih suara (dubbing) untuk video ke lebih dari 60 bahasa dan 120 dialek.

Dengan VideoTranslatorAI, kamu bisa lebih fokus ke tahap proofreading dan penyempurnaan hasil terjemahanmu.

Kamu tertarik? Silahkan coba secara GRATIS di sini!

Untuk informasi lebih lanjut mengenai VideoTranslatorAI, jangan sungkan untuk menghubungi kami di hello@videotranslator.ai!

Share on
Postingan terkait
© Video Translator 2024 (ABN: 73 602 663 141) - Hak cipta dilindungi