Pernyataan Joe Hudson bahwa “pengetahuan sedang mati” membuat banyak orang terkejut.
Saat AI mulai menggantikan banyak pekerjaan yang berhubungan dengan informasi, kita mungkin merasa bahwa pekerjaan berbasis pengetahuan sedang menuju akhir.
Namun yang sebenarnya terjadi bukanlah “kematian pengetahuan”, melainkan pergeseran besar dalam hal apa yang dianggap bernilai.
Kejelasan emosional, ketajaman dalam mengambil keputusan, dan hubungan antarmanusia—yang dulu disebut soft skill—kini menjadi kompetensi utama. Di tengah dunia yang dipenuhi teks dan logika hasil karya AI, kemampuan manusia seperti ini justru semakin penting.
Lantas, bagaimana cara kita bertahan menghadapi perubahan ini?
Artikel ini akan membahas mengapa agency pribadi, keterampilan tatap muka, dan pemanfaatan waktu serta alat secara cerdas menjadi kunci untuk tetap unggul.
Poin Positif dari Pernyataan Hudson
Dalam artikelnya “Knowledge Work Is Dying–Here’s What Comes Next”, Joe Hudson menjelaskan bahwa kemampuan seperti menghafal fakta, menggunakan kerangka berpikir, atau mengumpulkan sertifikat kini bisa dilakukan oleh AI dalam sekali klik.
Karena itu, keunggulan manusia bergeser ke arah “wisdom work”—jenis pekerjaan yang mengandalkan kejelasan emosional, penilaian yang tajam, dan koneksi antarindividu.
Namun, bagaimana kita bisa menunjukkan kemampuan tersebut di pasar kerja yang sudah dipenuhi alat seperti ChatGPT yang bahkan bisa menulis CV untuk siapa saja?
Penjelasan lebih lanjut akan dibahas di bagian berikutnya.
Enam Keterampilan untuk Membangun Agency
Entah AI akan memicu gelombang pengangguran besar-besaran atau justru menciptakan ledakan lapangan kerja, satu hal tetap sama: Anda perlu membangun agency.
Berikut enam keterampilan utama yang perlu diasah:
1. Pilih Masalah Berkualitas Tinggi
Mulailah dengan mengajukan pertanyaan yang lebih bermakna. Masalah yang berkualitas tinggi adalah masalah yang penting, menantang, dan layak untuk diselesaikan.
Sebagai contoh: Alih-alih bertanya “Bagaimana cara menulis email lebih cepat?”, coba tanyakan “Bagaimana saya bisa membangun kepercayaan dengan tim melalui komunikasi?”
2. Bersiap dengan Optimisme
Percayalah bahwa Anda bisa berkembang. Jadi, jangan hanya bersiap untuk bertahan, tapi bersiaplah untuk maju. Bangun kebiasaan dan sistem yang membuat Anda siap menangkap peluang saat peluang itu datang.
3. Asah Keterampilan Tatap Muka
AI bisa menulis email atau merangkum rapat. Namun, AI tidak bisa menggantikan momen-momen penting antar manusia. Kehadiran nyata masih dibutuhkan di ruang rapat, ruang kelas, atau lapangan kerja. Keterampilan seperti memimpin diskusi, mengajar, dan membaca situasi tetap bernilai tinggi.
4. Pertajam Penilaian
AI dapat memberikan banyak informasi yang terdengar pintar. Namun, tidak semuanya benar atau relevan. Kemampuan untuk membedakan informasi yang penting dari yang tidak, adalah keterampilan langka dan sangat berharga.
5. Tunjukkan Kemampuan Anda
Tidak cukup hanya mengklaim Anda memiliki kemampuan—tunjukkan buktinya. Kerjakan proyek sampingan, berkontribusilah di komunitas, atau bagikan ide Anda secara online. Aksi nyata berbicara lebih keras daripada CV.
6. Alokasikan Sumber Daya Secara Cerdas
Shipper mengatakan bahwa kita telah beralih dari ekonomi pengetahuan ke ekonomi alokasi. Kini, bukan lagi tentang seberapa banyak yang Anda ketahui, tapi bagaimana Anda mengalokasikan waktu, uang, energi, dan hubungan secara efektif.
Enam keterampilan ini akan membawa Anda dari sekadar pengguna alat menjadi seseorang yang mampu memimpin dan berpikir strategis dengan alat tersebut. Alih-alih beradaptasi pada batasan AI, Anda akan menggunakannya sebagai bagian dari proses berpikir dan pengambilan keputusan.
Belajar Menjadi Pemimpin Lewat AI
Shipper menyampaikan satu hal menarik: di masa depan, orang akan belajar menjadi pemimpin dengan cara mengelola tim AI terlebih dahulu sebelum memimpin tim manusia.
Memberikan kendali atas 10 agen AI kepada seorang karyawan, sama artinya dengan memberi mereka tim latihan. Mereka akan belajar untuk:
- Menentukan siapa yang mengerjakan apa (delegasi)
- Menetapkan prioritas,
- Menyelesaikan konflik antara tujuan atau hasil kerja.
Karena AI merespons secara instan, maka orang dapat belajar dengan cepat. Strategi ini mendorong mereka untuk berkembang lebih pesat dibandingkan harus membangun dan mengelola tim manusia sejak awal. Ketika mereka beralih ke posisi kepemimpinan, kemampuan mengambil keputusan dan mengelola sumber daya sudah terbentuk dengan baik.
Singkatnya, mengelola AI adalah latihan manajemen yang efektif—karena jika Anda bisa mengelola AI dengan baik, itu berarti Anda sudah selangkah lebih dekat menjadi pemimpin tim sebenarnya.
Saat yang Tepat untuk Berwirausaha
Ada tren besar lain yang patut diperhatikan: merintis usaha kini menjadi lebih mudah.
Terima kasih kepada AI, platform tanpa kode, dan media sosial–sekarang, satu orang bisa melakukan hal yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh satu tim. Contohnya:
- Menemukan masalah kecil yang ramai dibahas di Reddit atau Discord,
- Membangun produk awal (MVP) dalam libur akhir pekan,
- Menjangkau ribuan, bahkan jutaan orang melalui TikTok, LinkedIn, atau newsletter, tanpa perlu izin dari perusahaan, penerbit, atau investor.
Intinya, saat agency pribadi digabungkan dengan alokasi alat-alat yang cerdas, Anda dapat menciptakan dampak besar.
Baca Juga: Cara Baru, Tujuan yang Sama: Bagaimana Vibe Translation Memperluas Kontribusi Setiap Orang
Dapatkah AI Membantu Kita Menjadi Lebih Bijak?
Joe Hudson mengangkat satu pertanyaan penting: bisakah AI membantu kita menjadi lebih bijaksana?
Sekarang, bayangkan skenario berikut:
- Bagi individu: AI memberi peringatan terhadap bias berpikir saat rapat berlangsung.
- Bagi tim: Ai menyediakan transkrip rapat yang tidak hanya mencatat kata-kata, tapi juga mengungkap emosi tersembunyi sebelum menjadi masalah besar.
- Bagi komunitas: AI dapat mendukung dashboard yang mampu mengubah data mentah menjadi narasi yang mudah dipahami dan bisa ditindaklanjuti oleh warga.
Jika AI bisa membantu kita menumbuhkan kebijaksanaan, maka kita tidak hanya mampu mengikuti perkembangan mesin—kita bisa melampauinya.
Tiga Kebiasaan Mingguan untuk Mengasah Kemampuan Nyata
Ingin menonjol dan membangun agency yang kuat? Coba tiga kebiasaan ini setiap minggu!
1. Tulis Jurnal Pernyataan Masalah
Setiap minggu, pilih satu masalah penting yang Anda temui—baik di pekerjaan, industri, atau kehidupan sehari-hari—dan bagikan pemikiran atau solusi Anda di LinkedIn. Ini akan melatih cara berpikir kritis dan membuat pemikiran Anda terlihat oleh orang lain.
2. Berlatih Memimpin Pertemuan
Selenggarakan acara kecil seperti lokakarya, pertemuan daring, atau meetup lokal. Rekam video singkat dan bagikan hasilnya ke media sosial Anda. Kegiatan ini membantu Anda mengembangkan keterampilan komunikasi dan kepemimpinan secara langsung.
3. Berlatih Mengelola Tim AI
Susun tim AI kecil (misalnya: peringkas, editor, dan penjadwal). Gunakan tim ini untuk menyelesaikan proyek kecil, lalu bagikan apa yang Anda pelajari. Hal ini menunjukkan bahwa Anda bukan hanya pengguna AI, tetapi juga mampu memimpinnya.
Tiga kebiasaan di atas bukan hanya mengasah kemampuan, tetapijuga menjadi sinyal yang menunjukkan kepada dunia bahwa Anda siap memimpin di era baru ini.
Penutup
Joe Hudson benar; pekerjaan berbasis pengetahuan sedang memudar. Dan Shipper juga benar; kita kini hidup dalam ekonomi alokasi. Jika kedua ide ini digabungkan, maka mereka yang akan bertahan dan unggul adalah orang-orang yang:
- Memiliki agency yang kuat,
- Mengelola waktu dan alat dengan bijaksana,
- Mampu memimpin secara langsung,
- Dapat membedakan antara informasi yang relevan dan yang tidak,
- Dan yang terpenting: menunjukkan kemampuan mereka secara terbuka.
AI tidak hanya mengubah permainan. Ia juga memberikan kita buku panduannya. Sekarang, giliran kita untuk berlatih dan bermain!
Referensi “Knowledge Work Is Dying—Here’s What Comes Next” oleh Joe Hudson di Every. “The Knowledge Economy Is Over. Welcome to the Allocation Economy” oleh Dan Shipper di Every.